Belajar ala Adila Group

24.10.08 0 comments
Beberapa bulan ini setiap hari Senin dan Kamis sore, setiap tim Adila Group selalu mendapatkan undangan gratis untuk menghadiri seminar gratis. Seminar ini bukan dibawakan oleh pembicara2 terkenal, akan tetapi materinya diisi oleh setiap anggota tim itu sendiri secara bergiliran.

Setiap sesi seminar akan membahas buku dengan topik yang berbeda - beda, mulai dari motivasi diri, bisnis, ataupun keuangan. Mulai dari buku karangan Brad Sugars, Robert Kiyosaki, Brian Tracy, dll. Setiap anggota tim berhak untuk menghadiri seminar ini tanpa terkecuali.


Dan untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berjalan dengan normal dan setiap anggota tim memperoleh hak yang sama untuk mendatangi seminar tersebut, maka untuk satu topik akan dibahas sebanyak 2 kali.

Biasanya setelah seminar, selalu diakhiri dengan diskusi yang seru, mulai dari cerita pengalaman, sampai dengan membahas bagaimana pengaplikasiannya. Dengan tingginya tingkat partisipasi untuk setiap seminar, bisa menunjukkan seberapa tinggi keinginan belajar dari setiap orang yang menghadiri seminar ini.


NB : Untuk memastikan bahwa tidak hanya tim Adila Group yang bisa memperoleh manfaat dari seminar ini, maka setiap pembahasan buku akan dipublikasikan di blog Adila Group. Disini setiap orang dapat men download resume beserta materi presentasinya

PourVous diliput SCTV

19.10.08 0 comments
Alhamdulillah, hari Jum'at 17 oktober lalu, Pourvous mendapat kesempatan untuk diliput oleh salah satu televisi nasional, SCTV. Liputan ini ditujukan untuk segmen UKM bertajuk "Cabe Rawit" yang merupakan salah satu bagian dari Liputan 6. Kabar mengenai peliputan ini saya dapatkan dari Pak Arif Forda UKM Jatim serta salah satu rekan saya, Aditya Hayu dari Popline.

Mendapat kesempatan seperti ini jelas menggembirakan buat saya dan seluruh team PourVousAdila Group. Apalagi liputan ini GRATIS dan menampilkan contact person dan alamat langsung dari UKM yang sedang diliput. Kapan lagi bisa dapat kesempatan emas ini, walaupun jujur sempat nervous juga menghadapi detik-detik peliputan...
serta team


Dan saat peliputan tiba, sang Peliput dari SCTV alias Video Journalist 'Mas Julianus ' ternyata adalah seorang single fighter, karena beliau tidak hanya menjadi reporter, tapi juga sekaligus kameramen. Wah, ternyata hebat juga mas yang satu ini. Dan beberapa pengambilan gambar pun dimulai, mulai dari saat team PourVous melakukan pemotongan beberapa bahan baku, pemilihan bahan baku, QC, sampai dengan packing. Juga sempat diliput sesaat untuk "Dapur PourVous" yang merupakan ruangan meracik beberapa produk bodycare. Juga saat kami melakukan sterilisasi untuk alat dan ruangan tempat kami melakukan pembuatan beberapa Body Care products.

Overall, peliputan ini cukup lama juga, dari jam 9 pagi sampai dengan jam 12 siang, tapi sangat excited. Apalagi, ternyata acara Cabe Rawit ini merupakan kerjasama antara SCTV dengan SwissContact, sebuah LSM NGO dari Swiss yang concern terhadap pemberdayaan UKM. Jadi, benar-benar mengambil sudut pandang dari si UKM yang bersangkutan serta berusaha menampilkan kelebihan dan keunikan dari UKM yang diliput.

Nah, mengenai jadwal tayangnya di Liputan 6, kami baru akan dikabari 1-2 minggu lagi, karena semua liputan yg sudah diambil gambarnya tersebut masih butuh proses editing dll, sehingga biasanya jadwal tayang berjarak sekitar 2 minggu dari peliputan. Jadi, tunggu kabar jadwal tayangnya ya…

Dan, semoga banyak berkah yang bisa kami dapatkan dan semoga apa yang kami lakukan bisa menjadi insirasi bagi semua...Amin...


NB1 : Terbuka besar kesempatan bagi rekan2 yang juga ingin diliput oleh SCTV, karena setelah saya tanya, ternyata kadang dari pihak SCTV juga kesulitan mencari narasumber

NB2 : Foto selengkapnya dapat dilihat disini.

Terpilih jadi wakil WMM wilayah Jatim, Bali dan Nusa Tenggara

15.10.08 0 comments
Alhamdulillah, saat ini saya dipercaya untuk menjadi finalis pemilihan Wirausaha Muda Mandiri yang diadakan oleh Bank Mandiri. Saya terpilih menjadi pemenang pertama untuk kategori alumni dan pasca sarjana dan berhak untuk mewakili wilayah Jatim , Bali dan Nusa tenggara untuk bersaing di wilayah nasional

Program ini merupakan program CSR dari Bank Mandiri untuk menggalakkan minat entrepreneurship di Indonesia. Nantinya di Jakarta Bank Mandiri juga akan memberikan pelatihan yang di support oleh Action Coach dan rencananya juga ada pembinaan selama 1 tahun.

Sebenarnya untuk pemilihan ini, istri saya, Laila yang lebih semangat untuk mengikutinya. Mulai dari mempersiapkan pendaftaran sampai dengan menyelesaikan materi presentasi. Sampai - sampai saya sendiri tidak mengetahui kapan saya didaftarkan.

Kemarin, Mas Hendy Setiono juga memberikan testimoni bahwa dengan menjadi finalis ini banyak efek positif yang didapat, terutama kesempatan untuk mendapatkan publikasi dari media. Buktinya tidak sampai 1 tahun dari mas Hendy terpilih menjadi juara WMM 2007, outlet Baba rafinya sudah bertambah lebih dari 100 unit

tapi yang jelas penghargaan ini merupakan tolak ukur bagi saya pribadi bahwa saat ini saya sudah di arah yang benar dalam mengembangkan bisnis saya, dan lebih terpacu untuk lebih mengembangkan Adila Group untuk menjadi Holding Company yang mampu berkontribusi dalam menciptakan jiwa berwirausaha di kalangan anggota timnya


NB1 : Terima kasih juga buat keluarga besar Adila Group yang pada saat pembuatan materi presentasi bersedia bekerja ekstra untuk menyelesaikannya dan hasilnya yang sangat memuaskan

NB2 : Finalis yang lolos ke seleksi nasional ternyata banyak juga yang member TDA. Membuktikan bahwa TDA sudah mampu berbicara di kancah nasional.

Ide ternyata dimana - mana

13.10.08 0 comments
Beberapa hari ini saya sedikit "direpotkan dengan banyaknya ide - ide bisnis nyeleneh yang muncul.

Ide ini datang begitu saja pada saat dan kondisi dan suasana yang berbeda. 1 minggu terakhir saja sudah ada 5 ide baru yang siap untuk diimplementasikan.

Saat ini baru saya pahami dan mengerti makna dari perkataan mentor - mentor bisnis saya sebelumnya seperti Pak Purdie, Pak Tung DW dan banyak lagi yang lainnya.

Mereka kebanyakan berkata bahwa ide itu ada dimana - mana, padahal waktu itu saya mikir bolak balik untuk mencari ide, akan tetapi ngga ketemu ketemu.

Ternyata semua itu memang ada saatnya. Dulu, saya kerepotan mencari ide bisnis. Tetapi sekarang saya disibukkan untuk melakukan manajemen ide bisnis. Mulai dari melakukan pencatatan setiap ada ide baru, sampai memutuskan ide mana yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.

Beruntung, saat ini banyak tim dari Adila Group yang memepunyai potensi untuk menjadi pengusaha. Rencananya tim inilah nanti yang suatu saat akan menjadi CEO - CEO baru apabila nanti ide tersebut direalisasikan

Untuk itu, saya menganggap penting pelatihan SDM di lingkungan Adila Group. Malah upgrade knowledge dilaksanakan seminggu 2 kali. Hal ini ditujukan utuk memudahkan proses pendelegasian, karena saya sadar bahwa kemampuan dan waktu saya terbatas.

Tidak mungkin semuanya bisa saya tangani sendiri. Oleh karena itu saya harus mau untuk berbagi. Dan bukankah itu inti dari menjadi pengusaha.....saling berbagi dan memberi manfaat


NB : Pagi ini baru cek e-mail dan ternyata saya lolos seleksi awal perlombaan Wirausaha Muda Mandiri wilayah Jatim yang diadakan oleh Bank Mandiri. Selasa ini akan ada tahapan wawancara di Hotel Novotel Surabaya.

Karyawan terfavorit di Adila Group

10.10.08 0 comments
Beberapa waktu yang lalu, Adila Group mengadakan pemilihan karyawan terfavorit. Pemilihan ini diikuti oleh seluruh karyawan Adila Group tanpa terkecuali.

Mulai dari jabatan manajer sampai cleaning service mempunyai kesempatan yang sama untuk memenangkan perlombaan ini tanpa terkecuali.

Akhirnya setelah diadakan pooling, karyawan yang tepilih adalah Bu Maya, yang kebetulan menjabat sebagai Human Resources Manager di Adila Group. Beliau berhak untuk mendapatkan buku Trump Style Negotiation, sebuah seri buku karangan Donald Trump

Buku ini juga rencananya akan dipresentasikan olek Pak Bhaskoro , yang menjabat sebagai Marketing Communication Manager di Adila Group . Sehingga sesuai dengan nilai yang dianut oleh Adila Group, yaitu terciptanya Continuous Learning Organization.


NB : Salah satu buku favorit saya untuk menemukan ide program reward untuk karyawan adalah buku karangan Bob Nelson , 1001 Ways to Reward Employees

Pidato sang Pendiri Apple

8.10.08 0 comments
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.

Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik

Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.

Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir.

Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya.

Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran ingin bayi perempuan.

Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat?

Mereka menjawab: "Tentu saja."

Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA.

Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah.

Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk biaya kuliah.

Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya.

Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka.

Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai.

Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya.

Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna.

Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga.

Saya beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya.

Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat.

Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat.

Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu.

Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.

Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah.

Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.

Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang.

Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang.

Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun.

Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan.

Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?

Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya.

Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya.

Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.

Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya - saya gagal mengambil kesempatan.

Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley .

Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya.

Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya.

Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya.

Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan,

Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple.

Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple.

Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda.

Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan.

Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda.

Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai.

Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya.

Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar."

Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar.

Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada.

Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.

Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan.

Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati.

Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.

Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut.

Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor.

Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana , mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi.

Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: Tidak ada orang yang ingin mati.

Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita.

Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar.

Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain.

Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain.

Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda.

Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan.

Semua hal lainnya hanya nomor dua. Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya.

Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park , dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya.

Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid.

Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.

Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir.

Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang.

Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh).

Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu.

Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.

(Diterjemahkan oleh Dewi Sri Takarini, alumni sebuah perguruan tinggi di Australia )

BONUS :
When you take a risk and step out of the norm, you run the risk and sometimes you fail. But you only fail if you give up. (J Peterman)

Adila Group Berduka......

7.10.08 3 comments
Hari ini Adila Group berduka. Ayahanda dari salah seorang tim kami meninggal dunia pada umur yang menurut saya masih cukup muda, 49 tahun.

Kejadian ini juga mengingatkan saya kembali untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, karena kita tidak penah tahu kapan kita dipanggil kembali ke hadapan-Nya.

Selama saya masih diberi kesempatan, saya akan berusaha sebaik mungkin agar hidup saya dapat memberi manfaat, bukan mudharat.

Sore ini kami sepakat untuk pulang lebih awal untuk melayat dan ikut memberi dukungan moril kepada mbak Upik (begitu rekan2 memanggilnya).

Satu hal yang membuat saya cukup terharu, pada saat saya dan tim Adila Group yang lain sampai di rumah Mbak Upik, di tengah kondisinya yang sedang berduka, beliau masih sempet2nya minta maaf kepada saya karena tidak bisa datang ke kantor untuk beberapa hari dan menanyakan kecemasannya tentang tanggung jawabnya yang bisa terbengkalai dan berpengaruh ke pekerjaan rekan - rekan lainnya.


Terus terang ada perasaan "aman" jika kita sebagai pemilik perusahaan dikelilingi oleh tim yang memegang tanggung jawabnya bukan karena diperintah, tapi karena kesadaran.

Alhamdulillah, Adila Group mempunyai banyak orang - orang seperti ini. Mungkin saat ini Adila Group masih memiliki lima divisi dengan 20an orang anggota tim, tapi nanti saya yakin Adila Group akan mampu untuk memiliki 10.000 orang karyawan, sesuai dengan yang saya cita citakan pada awal saya membangun bisnis ini.....

Tidak seberapa penting apakah saya masih bisa menyaksikannya atau dicapai oleh generasi penerus saya. Yang penting mimpi saya bisa terus hidup....