Bekerja lebih baik dengan waktu yang lebih sedikit

7.10.09 2 comments

Sebuah survey di Amerika serikat menunjukkan bahwa 70% pekerja di sana bekerja melebihi jam kantornya dan kadang malah harus tetap bekerja pada akhir minggu.Dan yang lebih mengejutkan, lebih dari 50% menderita sindrom “merasa sibuk”, yaiutu sindrom yang dialami seseorang dimana orang yaang menderita sindrom ini merasa bahwa dirinya sudah sangat sibuk, akan tetapi tidak dibarengi dengan hasil/kinerja yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena kurang disiplinnya dalam mengelola waktu dan banyaknya distraction (gangguan) selama bekerja, baik itu yang disadari ataupun tidak (ex: ngobrol, ngemil, chatting, dll)

Penelitian pun dilakukan dalam rangka memecahkan masalah diatas. Salah satu metoda yang dipergunakan adalah dengan memberikan “libut tambahan” kepada pekerja setiap minggunya. Walaupun pada awalnya metode ini banyak mendapat tentangan dari para senior manajer, dengan alasan bahwa memberikan libur tambahan bagi pekerja hanya akan membuat banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan dan akhirnya berpengaruh terhadap performa perusahaan secara keseluruhan.

Namun, setalah dilakukan test terhadap beberapa perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan “libur tambahan” setiap minggunya ternyata malah meningkatkan kinerja para pekerja tersebut. Dan yang menarik adalah temuan bahwa pekerja yang sering bekerja diatas jam kerja normalnya biasanya memiliki kinerja dan performa yang di bawah rata-rata.

Setelah dilakukan interview akhrinya ditemukan bahwa dengan merencanakan “libur tambahan” akan membuat pekerja bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya, karena mereka tidak menginginkan pada saat mereka libur dibayang-bayangi dengan pekerjaan yang belum selesai. Dan secara alam bawah sadar, hal tersebut akan meningkatkan performa kerja mereka. Dan keuntungan lainnya adalah setelah menjalani “libur tambahan”, mereka kembali dengan pikiran dan ide yang lebih segar, yang tentunya lebih siap untuk menerima tantangan baru lagi.

Tips :

  1. Sebelum menjalankan metode ini, pastikan setiap orang telah mempunyai target atau rencana mingguan/bulanan/tahunan yang harus dicapai
  2. Mulailah dengan memantau jam pulang para pekerja, pastikan mereka pulang tepat waktu. Jika memungkinkan perpendek jam kerja mereka setiap harinya
  3. Bebaskan para pekerja menentukan kapan mereka akan mengambil waktu libur mereka dan bagaimana cara mereka menghabiskan waktu libur mereka, kaitkan dengan reward karena mereka telah melakukan pekerjaannya dengan baik
  4. Jika memungkinkan, beri insentif agar pekerja dapat benar-benar menikmati waktu libur mereka (ex : tiket nonton, voucher  dinner, dll)
  5. Pada saat menjalani “libur tambahan”, isolasi para pekerja ini dari hal-hal yang berbau pekerjaan. Buat kesepakatan agar setiap anggota tim yang lain tidak diperkenankan untuk menghubungi pekerja yang sedang melakukan “libur tambahan” kecuali jika benar-benar mendesak.
  6. Kaitkan dengan punishment  jika mereka tidak dapat berkinerja sesuai dengan yang telah ditargetkan

Cashflow is King “Studi kasus : bisnis distribusi garmen”

12.9.09 0 comments

Saat ini umat muslim segera akan merayakan hari raya Idul Fitri. Dari sisi bisnis, momen ini adalah saatnya panen bagi pengusaha garmen, khususnya pedagang busana muslim. Hal serupa juga dialami oleh salah satu unit bisnis Adila Group, yaitu distributor busana muslim dannis collections. Untuk tahun ini Insya Allah diperkirakan omset akan mengalami kenaikan lebih dari 20% jika dibandingkan tahun lalu.

Akan tetapi ketika melakukan sharing dengan beberapa rekan yang juga berbisnis garmen, tahun ini terasa lebih berat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini dilalui dengan biasa saja dan malah tidak ada peningkatan yang signifikan. Akhirnya diketahui bahwa ternyata permasalahannya adalah memprediksi stok yang harus miliki, sehingga pada saat mendekati lebaran, stok yang ada tidak cukup memadai.

Bisnis garmen, khususnya busana muslim sendiri memiliki tren yang cukup unik. Januari - April adalah masa kritis, dimana disatu sisi pebisnis harus menambah stok mereka, tapi di sisi lain omset penjualan pada periode ini merupakan titik terendah sepanjang tahun. Mei - September adalah masa panen, kerena periode lebaran. Oktober - Desember adalah masa rekonsiliasi, dimana pada periode ini adalah saat mengatur nafas untuk menghadapi masa kritis dan masa panen tahun depan.

Sebenarnya kuncinya adalah di pengaturan cashflow. Saya sendiri telah mengalaminya. Pada awal saya memulai bisnis ini, sepertinya modal berapapun yang dimiliki selalu saja tidak cukup. Hal ini disebabkan karena tidak adanya planning kapan saatnya bayar utang dan kapan saatnya menagih piutang.

Hal ini berlangsung sampai 2 tahun, sampai akhirnya tim kami memutuskan untuk membuat KPI (Key Performance Indicator) yang mengukur umur utang dan piutang. Untuk umur utang sebenarnya tidak terlalu sulit, karena pembayaran biasanya dilakukan 1 bulan setelah pengiriman barang. Sementara itu untuk umur piutang, dibagi menjadi 4 kategori yaitu 0-1 bln, 1-2 bln, 2-3 bln dan >3 bln. Umur piutang inilah yang dikontrol tiap minggu

Fungsi dari KPi ini kemudian link-kan ke performa agen. Jadi setiap saat dapat diketahui tingkat kelancaran kolektivitas piutang per agen yang saat ini dimiliki. Informasi inilah yang nantinya akan dijadikan input dalam pengambilan keputusan berapa piutang maksimal yang bisa diberikan. Hasilnya ternyata luar biasa, dengan modal yang relatif sama, perusahaan mampu meningkatkan omset hampir mencapai 100%.

NB1 : Tahun ini kami lalui dengan happy problem lagi. Untuk itu mohon maaf kepada mitra agen dannis collections yang beberapa minggu terakhir pesanannya tidak dapat dilayani karena keterbatasan stok yang kami miliki.

NB2 : Contoh - contoh KPI dapat dilihat disini. Disana juga dijelaskan mengenai fungsi masing - masing dari KPI

Makhluk unik yang bernama "passion"

1 comments

Siang tadi saya ngobrol via YM dengan salah satu member TDA yang saat ini berdomisili di Jogja. kebetulan rekan saya ini juga memiliki bisnis yang mirip dengan salah satu unit bisnis Adila group, yaitu Virto. Dari pembicaraan kita, saya akhirnya tahu bahwa bisnis itu peninggalan dari orang tuanya dan beliau merasa berkewajiban untuk melanjutkannya. Akan tetapi di perjalanannya, bisnis tersebut belum mampu melesat seperti harapannya.

Kemudian saya ceritakan dengan latar belakang Virto didirikan. Sebenarnya alasannya cukup simpel, yaitu saya ingin memiliki kantor yang cukup layak untuk dikunjungi oleh kolega bisnis saya, dan sekaligus tempat yang layak untuk mengadakan pertemuan rutin tim saya. Berangkat dari situlah Virto dibuat. Dan ternyata dalam proses realisasinya, saya melihat bahwa kebutuhan akan kantor representatif ini sangat besar, terutama untuk kalangan UKM. Dari situlah saya menggali lagi info tentang konsep virtual office, serviced office beserta layanan pendukungnya. Dan muncullah AHA....kenapa tidak dikomersilkan saja sehingga saya dapat memiliki kantor tanpa harus mengeluarkan biaya operasionalnya. Dari situlah semuanya mengalir, dan sebenarnya masih banyak lagi ide yang menunggu untuk direalisasikan.

Kembali ke pembicaraan saya dengan rekan saya ini, dari pembicaraan kami akhirnya berujung pada satu titik, yaitu passion. Ternyata kewajiban untuk meneruskan bisnis tersebut belum diimbangi dengan passionnya, jadi belum dapat feelingnya. Padahal passion ini menurut saya sangatlah penting.
  1. Passion dapat membuat ide - ide segar dalam bisnis bermunculan.
  2. Passion yang senantiasa me recharge semangat kita walaupun perjalanan bisnis kita belum sesuai harapan.
  3. Passion akan membuat kita sebagai influencer, sehingga mampu menarik minat pelanggan tanpa harus melakukan hard sellling.

Apalagi dengan perkembangan social media saat ini, dimana setiap orang sangat mudah untuk berhubungan satu sama lainnya, passion meruupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mempengaruhi opini orang lain. Ada banyak contoh nyata, mulai dari Oprah Winfrey, Tony Heish (Zappos) sampai Richard Branson (Virgin). mereka adalah orang - orang yang sangat passionate dalam mengelola bisnis mereka dan terbukti bahwa bisnis mereka saat ini semakin menggurita.

Passion ini jugalah yang akhirnya membuat saya terjun menggeluti dunia entrepreneurship, walaupun saat ini masih banyak hal yang harus saya pelajari. Passion juga yang membuat saya terus bangkit walaupun diterpa badai berkali - kali (saya sudah lebih 10 kali mengalami kegagalan dalam mengelola bisnis). Dan menariknya, passion itu bukanlah sesuatu yang harus dimiliki dari awal. Passion itu ternyata dapat kita ciptakan dan bentuk sesuai keinginan kita.

Intresting isn't it?

Awareness test

17.6.09 1 comments

Note : Hati2 dengan apa yang sedang kita pikirkan. Bisa jadi itu malah membuat kita tidak melihat sesuatu yang terjadi di hadapan kita

Albert Einstein juga ingin berdagang

6.6.09 0 comments
Albert Einstein once wrote, "If I had my life to live over again, I would elect to be a trader of goods rather than a student of science. I think barter is a noble thing. I need to know more about it."

Kutipan diatas langsung membuat saya tertegun. Seorang jenius pun menyadari dan memahami arti dari perdagangan. Padahal Rasulullah SAW sudah menyerukannya jauh-jauh hari bahwa berdagang itu adalah hal yang mulia dan rejeki itu datang dari perdagangan.

So....masih milih jalan yg lain ??

Sosialisasi KMM di Surabaya dihadiri oleh 59 orang

14.4.09 3 comments

Hari selasa tanggal 7 April 2009, TDA Surabaya mengadakan acara offline dalam rangka sosialisasi KMM yang di bawakan oleh Pak Hertato Widodo Direktur I TDA. Acara ini digelar dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah KMM sehingga tujuan TDA, membentuk 10.000 miliarder sukses dengan deadline tahun 2018, bisa terwujud.

Antusiasme yang begitu membara diperlihatkan oleh para anggota TDA Surabaya, sehingga ruangan yang semula dingin berubah menajdi panas akibat semangat yang menggebu dari pembicara dan pendengaranya yang ingin segera membentuk KMM sesuai dengan panduan yang telah ada.

Acara ini juga bertujuan untuk mempertemukan para anggota-anggota TDA Surabaya yang mencapai 194 orang secara offline, sehingga manfaat TDA bisa didapatkan ika satu sama lain bisa langsung bertemu tatap muka. Menurut Pak Hertanto "Anggota TDA yang baru ikut milis, hanyalah orang yang bertamu namun baru masuk halamannya saja, belum tahu dalamnya. Untuk mengetahui dalamnya maka hendaklah ber-KMM, karena dengan KMM-lah manfaat TDA, visi dan misi TDA bisa diwujudkan secara bersama.

Acara ini dihadiri oleh 59 mungkin bertambah menjadi 60 orang karena saya melihat diakhir ada lagi member yang datang dan langsung bergabung. Setelah pemberian briefing oleh Pak Hertanto, mengenai apa saja KMM itu, member pun dibagi dua, yaitu member yang sudah memiliki KMM dan yang belum.

Bagi yang belum memiliki KMM ini adalah saat yang tepat untuk membentuk KMM dan ini akan diteruskan selama seminggu ke depan baik melalui milis atau pun pertemuan offline. Sedangkan untuk member yang yang telah memiliki KMM dikumpulkan guna membahas formula reposisi anggota disesuaikan dengan level bisnisnya.

Meski demikian kata sepakat yang dicapai adalah masih dicoba apakah member yang selama ini sudah ber-KMM dan berbeda level bisnisnya, berpindah dengan member yang leel bisnisnya sama, jika memang tidak menemui kecocokan maka bisa kembali ke KMM sebelumnya.

Nah bagi anggota TDA Surabaya yang belum memiliki KMM silahkan bergabung dengan KMM yang terbentuk hari ini, atau dalam kurun waktu minggu ini. Karena menurut pak Hertanto Widodo, selain KMM digunakan sebagai media untuk mengembangkan bisnis kita, juga digunakan sebagai identifikator seseorang untuk menjadi anggota TDA yang terverifikasi dan nantinya akan sangat bermanfaat sebagai referensi.

--- aku dengar, aku lupa

--- aku lihat, aku ingat

--- aku lakukan, aku mengerti

--- ayo lakukanlah segera!

Febri A Nazuka

Heboh Business Gathering di FE UNAIR

13.4.09 0 comments

Surabaya | 24-Feb-2009

Heboh Business Gathering di FE UNAIR

image

Business Gathering Meningkatkan Jiwa Entrepreneurship Mahasiswa Manajemen FE UNAIR SURABAYA - Departemen Manajemen Universitas Airlangga mencanangkan sebagai Entrepeneur Year pada tahun ini.

Business Gathering merupakan program yang dilaksanakan setiap bulannya. Business Gathering yang pertama diadakan di Aula Tirto bekerja sama dengan bank Mandiri dengan tema “pembiayaan usaha kecil menegah” Business Gathering yang ke-2 dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2009, di aula K.R.T Fadjar Notonegoro, FE Unair.

Kali ini acara Business Gathering bertema “Sharing Pengalaman bisnis” dengan pembicaranya adalah Drs. Sugiat, Ak dan Andi Sufariyanto, sedangkan Tuanku Aria Auliandri MSc sebagai moderatornya.

Acara ini dihadiri oleh peserta yang terdiri dari Mahasiswa S1 dan D3 Manajemen FE Unair. Tujuan dari Business Gathering ini adalah memotivasi, dan menambah wawasan tentang kewirausahaan. Kesempatan pertama, Bapak Sugiat menceritakan pengalamannya.

Pada awalnya, beliau yang juga berprofesi sebagai dosen akuntansi FE Unair ini membeli tanah berukuran 7x14 m serta membeli sertifikat seharga Rp 70.000,- dengan nilai total Rp 3.500.000,-. Beberapa waktu kemudian tanah tersebut dijual, dan berhasil dibeli orang sebesar Rp 10.000.000,-. Sejak saat itulah beliau mulai mencari modal untuk membuka usaha.

Beliau menyadari bisnis inilah yang tepat dan merupakan petunjuk dari Tuhan. Bermodal dengan ijasah manajemen dan akuntansi, dosen yang telah mengajar selama 40 tahun ini berhasil memperoleh uang pinjaman sebesar Rp 150.000.000,-, dan berhasil membuka lapangan usaha. Saat ini, bisnis yang sedang dijalani adalah bisnis properti (real estate).

Berikut ini tips bagaimana berwirausaha dari beliau :

1) Dalam berbisnis ada 2 perilaku sederhana, yaitu nakal dan jujur. Nakal dalam artian utang pada bank, sedangkan jujur menjadi orang yang dapat dipercaya oleh partner / klien.

2) Apabila bisnis yang dijalani telah berhasil jangan lupa beramal, karena bisnis & amal saling mengisi.

3) Networking yang luas.

Pembicara kedua adalah bapak Andi Sufariyanto, owner Adila Group dan Dannis Collection. Pria berkelahiran Padang ini, memulai awal bisnisnya saat semester 3-4 (tahun 1999), ketika kuliah di D3 mesin ITS. Bisnis yang ia jalani adalah jual beli HP (sebagai makelar) dengan modal Rp 200.000 dan servis HP pada tahun 2003. Bisnis tersebut akhirnya tutup. Pada tahun 2004, bersama ke-8 temannya dengan bermodal tiap orang Rp 500.000 mereka membuka CV dan akhirnya tutup juga.

Dalam waktu 5 tahun, pria yang saat ini sedang menjalani produk kecantikan & advertising berhasil menutup 5 usaha. Tak pantang menyerah, pada tahun 2006 ia membuka usaha Dannis Collection; tahun 2007 membuka PourVous yang pada bulan Maret 2009 nanti akan ekspor ke Afrika; dan pada tahun 2008 membuka Adila Group untuk unit usaha bisnis. Bisnis ini masih berjalan sampai sekarang dan terus berkembang.

Acara ini disambut dengan antusiasme yang tinggi, hal ini terbukti dengan penuhnya aula K.R.T Fadjar Notonegoro dan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta. Bahkan salah satu narasumber merasa terkesima dengan opening act yang dilakukan panitia sebelum acara dimulai. “baru kali ini saya mengikuti seminar serasa clubbing” tutur Andi Sufarianto. Tepat pada pukul 11.30 acara Business Gathering usai, dengan pemberian plakat kepada bapak Sugiat dan Andi Sufariyanto. Pada bulan Maret akan diadakan lagi Business Gathering dengan tema “Permodalan” dan pembicara dari Bank Panin.

Edited from : http://www.management-unair.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=78

Hasil pertemuan pengurus TDA Surabaya di BG Junction

10.4.09 0 comments
Alhamdullilah, merespon tawaran dari pak Ferry Koto, pengurus TDA Surabaya datang mengunjungi BG Junction untuk melihat lokasinya dan menjajaki berbagai kemungkinan untuk melakukan sinergi.

Tempat yang ditawarkan cukup
luas dan "nyaman" karena memang trafficnya sedikit, untuk itu ini adalah kesempatan bagi anggota TDA untuk mendapatkan tempat usaha dengan harga murah.

Selain diberikan tempat seluas kurang lebih 146m2, atas usul Pak Ferry, Pengurus TDA Surabaya juga akan mengajukan penawaran ke pihak management BG Junction untuk mendapatkan stand-stand dengan harga yang terjangkau (mohon bantuan doanya dari teman-teman semua).

Dengan harapan jika memang hal ini mendapatkan restu dari Management maka member TDA bisa "ngelapak" bersama di BG Junction. Nah yang jadi Pekerjaan Rumah adalah bagaimana cara membuat lantai yang "nyaman" menjadi "tidak nyaman" karena traffic yang meningkat.

Sumbangan ide dan pendapat dari temen-temen sangat di harapkan untuk mewujudkannya?

AYO Semangat! Terus Bermanfaat dan Bersama Menebar Rahmat!

Febri A Nazuka

Radio dan seminar

25.3.09 0 comments
Naskah ini merupakah salah satu apresiasi saya pada Bu Diah Yusuf dan rekan-rekan Panitia Milad III TDA. Seluruh lini publikasi dimasuki oleh para panitia. Termasuk diantaranya yaitu radio.

Menjelang Milad III TDA, saya diundang untuk berpartisipasi dalam talkshow di Otomotion FM 97,5 FM. Sebuah radio yang menjadi anak perusahaan Kompas Gramedia Group.

Temanya seputar cara memulai bisnis dan mengelolanya, sekaligus ajakan untuk menghadiri Milad III TDA. Rupanya, sudah banyak generasi muda yang sebenarnya tertarik untuk berbisnis, tetapi mereka belum tahu bagaimana caranya.

Demikian simpulan sementara saya setelah turut serta dalam talkshow yang diadakan pada 22 Februari 2008 itu. Dengan semakin menurunnya kesempatan kerja, menjadi pengusaha pada awalnya bisa dijadikan alternatif untuk bekerja.

Muda-muda mulai usaha
Pertanyaan-pertanyaan yang masuk kebanyakan berasal dari para muda yang masih berstatus mahasiswa dan perlu dicatat bahwa pertanyaannya pun sudah bukan ‘bagaimana memulai bisnis’.

“Pertanyaan mereka sudah mengarah kepada bagaimana cara mengembangkan bisnis. Inilah bukti konkrit bahwa saat ini semangat untuk berbisnis sudah tumbuh subur pada usia-usia yang masih sangat muda.”

Tentu ada juga yang masih kebingungan bagaimana memulai usaha. Kebingungan apa yang kerap dilontarkan? Beberapa pertanyaan yang dikemukakan oleh pemirsa Otomotion FM rata-rata berkutat tentang bagaimana cara mendapatkan modal tambahan untuk mengembangkan usaha mereka.

Kala itu, saya mengajukan jawaban-jawaban berikut ini: pergunakan modal yang ada, kalau memang tidak ada modal, harus berani start small. Lantas jangan terlalu idealis dan buang gengsi jauh-jauh.

Modal juga bisa ditimba dari trik menekan gaya hidup berlebihan. Jadi keuntungan yang dikumpulkan tidak langsung dibelanjakan, tapi diputar dulu menjadi modal.

Disini dibutuhkan kesabaran agar jangan terlalu cepat pengen mendapatkan hasil. Saat itu saya nyatakan: Nikmati prosesnya...

Intinya adalah ikhlas. Orang bisa stress karena dia tidak rela menerima dengan apa yang dia alami. Dia ingin memaksakan segala sesuatu itu sesuai dengan kehendaknya. Walaupun ternyata apa yang dia inginkan itu belumlah tentu baik buat dia kelak.

Saya percaya bahwa Allah SWT sudah memilihkan yang terbaik buat saya. Walaupun saat itu mungkin kehendak saya tidak sejalan dengan takdir yang Allah SWT berikan.

Bila diringkas, intinya adalah selalu ikhlas dan berbaik sangka kepada Allah SWT. Karena apapun yang kita alami, maka hal itu adalah kejadian terbaik yang dipilihkan oleh Allah SWT untuk kondisi kita saat itu. Simpel khan?

Selain soal permodalan, para penanya juga kerap menggali tips marketing. Saat itu saya memberi masukan pada mereka untuk mencari ilmu dengan membaca buku, menyimak pengalaman orang, ikut seminar, dan lain-lain.

Hasil dari berburu ilmu marketing ini, mesti langsung dicoba satu-satu. Diantara hasil praktek itu tentu ada yang berhasil dan ada juga yang gagal. Strategi marketing yang berhasil harus dipertahankan. Sedangkan yang gagal, singkirkan saja sambil mencari cara baru lagi.

Sempat terbesit, mengapa Otomotion FM tertarik menggandeng TDA pada talkshow itu. Namun saya tersadar bahwa semua media telah menangkap demand masyarakat untuk memperoleh informasi yang lebih luas mengenai bagaimana caranya menjadi seorang entrepreneur.

Oleh karena itu media sekarang sangat membutuhkan figur-figur pelaku bisnis yang bersedia untuk sharing dengan audience mereka. Sebelum ini, ternyata program talkshow ini pun sudah mengundang banyak member-member TDA untuk hadir di Otomotion FM.

Alhamdulillah...dari talkshow ini TDA dan Otomotion FM sepakat bahwa sharing-sharing yang telah dilaksanakan layak untuk diteruskan.

Tindak lanjut dari kerjasama ini sangat berarti karena menjadi jalinan simbiosis-mutualisme. “Bagaimanapun setiap bisnis memerlukan publikasi dari media dan media akan selalu membutuhkan narasumber.”

Seperti talkshow-talkshow sebelumnya, saya merasa enjoy dengan suasana talkshow di Otomotion FM. Ada perasaan nikmat pada saat kita berbagi kepada orang lain, apapun itu bentuknya.

Rupanya beberapa peserta talkshow itu berlanjut menjadi lead-nya Adila Group. Beberapa diantara mereka masih bisa saya lacak, karena mereka menghubungi saya. Sebagian lain tak terlacak dan kebanyakan mereka langsung menghubungi General Manager (GM) saya.

Bahkan beberapa diantara mereka, saya ketahui dari GM. Alhamdulillah, silaturahmi terus berlanjut. Bertambah lagi nikmat yang mesti kita syukuri yakni bertambahnya saudara dari silaturahmi ala talkshow.

Dalam waktu dekat saya diundang sharing ke Malang oleh EU Malang, trus pada 30 April 2009 talkshow di Stikom Surabaya. Dilanjutkan 4 April 2009 diundang ke Universitas Jember.

Disini saya baru merasakan bahwa talkshow dengan format seminar ternyata lebih enak dibandingkan di radio. Bukan bermaksud meremehkan radio lho...

Saat seminar, ada interaksi yang intens antara narasumber dengan audience. Saya bisa mengubah style sesuai mood pesertanya. Sementara di radio kurang leluasa melakukan hal itu. Kita harus taat pada rundown dari penyiar.

Benang merah talkshow
Ada benang merah dari tiap materi yang saya disampaikan di tiap talkshow; bahwa kalau mau jadi pengusaha ya langsung action. Tak usah terlalu banyak alasan. Siapkan targetnya, tapi nikmati prosesnya.

Jangan cari yang instan. Namun bukan berarti saya melarang untuk menjadi pewaralaba. Jangan dikira mengambil waralaba gampang lho... Banyak franchisee yang gagal justru gara-gara mereka sendiri yang belum siap.

Mengambil franchise termasuk juga proses pembelajaran. Jadi nikmati aja...

Entah untung atau rugi, jalani dan nikmati prosesnya. Tapi tetap hitungannya sebab ada perbedan besar antara optimis dan bunuh diri. Contoh gampangnya, kalau kita pas naik mobil dan di depan ada jurang, kita khan ngga perlu harus masuk jurang dulu sebelum ambil keputusan untuk ngerem. Jadi tetap ada hitung-hitungannya.

Berarti ada hal-hal yang kalau kita mau berpikir dan belajar harus diwaspadai dan dipahami. Jangan asal jalan dan asal tabrak.

Kini kesadaran berbisnis telah menjalari berbagai kalangan. Kesadaran akan pentingnya jiwa entrepreneurship sudah diinsyafi oleh semua orang. Mulai yang muda hingga yang sedang menyongsong pensiun dari kantornya.

Saat ini semakin banyak perusahaan yang mempersiapkan para karyawannya yang menjelang pensiun dengan bekal entrepreneurship. Beberapa waralaba bahkan membidik para calon pensiunan sebagai calon pewaralaba.

Kembali pada talkshow, acara ini merupakan acara rutin dan pada kesempatan itu khusus mengangkat tentang Milad III TDA. Rupanya publikasi di radio ini cukup efektif dalam menambah jumlah peserta Milad II TDA.

Beberapa pemirsa radio ini bergegas mendaftar Milad III TDA. Nambah lagi dech saudara yang berminat wirausaha. Jadi, saya tunggu kabar dari rekan-rekan yang sedang memulai berbisnis...c u @ the top...

Write what you do and do what you write

1 comments

at glance of Standart Operation Procedure-SOP

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti pelatihan Standart Operation Procedure (SOP) yg diadakan oleh Value Consult. Ya... ini merupakan salah satu langkah saya agar Adila Group bisa lebih maju daripada sekarang.

Selama ini, Adila Group masih belum menggunakan konsep-konsep tertentu dalam manajemennya. Semua mengalir sesuai kebutuhan saja. Dan seiring dengan berkembangnya perusahaan, saya merasa sudah waktunya Adila Group menerapkan konsep-konsep yang bisa mengakselerasi bisnis kami.

Alur konsep dalam pelatihan itu secara sederhana adalah sebagai berikut: menyusun SOP, lantas menerapkannya. Sembari SOP berjalan, maka urutan selanjutnya adalah menyusun Key Performance Indicator atau KPI. Dan terakhir, bila rangkaian tahapan tadi terlaksana maka akan terbangun apa yang disebut Balance Score Card (BSC).

Saya membayangkan BSC diterapkan di Adila Group dalam jangka panjang, yang jangkauannya bisa setahun lebih. “Namun saat ini saya masih persiapkan dulu secara matang SOP-nya”.

Sejumlah person yang tergabung dalam tim telah saya pasrahi konsepnya. Dari tim ini, secara detail akan ditangani konsultan. Lini usaha yang akan menikmati duluan SOP hasil Value Consult ini adalah Pourvous, lantas Dannis, dilanjutkan lini usaha Adila Group lainnya.

Namun yang jelas tim yang terbentuk dari manajeman akan melakukan tahap demi tahap agar SOP dapat diimplementasikan. Tentu hal ini juga tergantung kemampuan adaptasi dari divisi yang bersangkutan.

Selanjutnya, saya ingin kemukakan terlebih dulu mengenai SOP yang saya serap dari pelatihan itu. Semoga suatu saat, pembaca juga berbagi ilmunya... mmmm...ilmu Allah SWT khan demikian luas, tak habis bila kita berbagi.

write what you do and do what you write

Konsep awal dari SOP adalah write what you do and do what you write. Sesederhana itu? Setidaknya ini menjadi pijakan bagi rekan-rekan yang belum menyempurkan sistem dalam bisnisnya.

SOP yang benar adalah SOP yang dapat langsung diterapkan oleh siapapun yang membacanya sekaligus mampu menjadi patokan cara pengerjaan kegiatan bisnis sesuai yang diharapkan.

Bila SOP ini telah diterapkan di Adila Group, saya membayangkan setiap person yang terlibat dalam tim Adila Group paham akan pekerjaannya masing-masing. Diatas pijakan pemahaman tadi, mereka akhirnya melakukan berbagai aktifitas sesuai yang dicantumkan dalam SOP.

“Dengan SOP, bisnis yang dijalankan dapat berjalan secara otomatis. Khususnya untuk aktivitas–aktivitas yang rutin dan berulang.”

Semakin besar skala bisnis suatu perusahaan, maka implementasi SOP semakin penting. Sebab tidaklah mungkin mengandalkan suatu kegiatan bisnis kepada person–person tertentu saja.

Akan sangat beresiko apabila person tersebut sakit ataupun mengundurkan diri. Tanpa SOP yang benar, kegiatan bisnis bersangkutan akan langsung terpengaruh dan bahkan goyah.

Lantas siapakah yang bertanggung jawab menjalankan SOP?

Idealnya, penyusunan SOP dan pemantauan pelaksanaannya dikerjakan oleh divisi khusus yaitu Business Development. Divisi ini bertanggung jawab mulai dari melakukan observasi dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOP.

Divisi Business Development ini juga memastikan bahwa SOP telah dilaksanakan dengan benar. Setelah itu, mereka melakukan penilaian sehingga diketahui apakah SOP yang ada sudah cukup efisien atau memerlukan perubahan-perubahan lagi.

Kerjasama lintas departemen sangatlah dibutuhkan untuk mendapatkan SOP yang benar. Pasalnya, SOP yang disusun juga berlaku untuk departemen yang lainnya.

Nantinya, SOP ini adalah sebagai landasan untuk membangun sistem Key Performance Indicator (KPI) masing-masing person yang kemudian menghasilkan laporan kinerja perusahaan dengan basis Balanced Score Card.

Apa sich Key Performance Indicator itu?

KPI adalah semacam rapor masing-masing person dalam suatu organisasi. Keberadaan rapor yang tepat dan jelas, akan mempermudah perusahaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di perusahaannya.

Upaya meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan sebab melalui KPI, akan diketahui secara langsung bagian–bagian mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi.

Dengan sarana KPI ini pula, para entrepreneur dapat membuat sistem reward and punishment dalam perusahaan berlangsung dengan benar dan tepat. Penghargaan benar-benar diberikan kepada individu yang berprestasi. Sedangkan punishment diberikan kepada individu yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan.

“Akhirnya, dengan perangkat KPI inilah perusahaan dapat mengukur seberapa efektif person-person di dalam perusahaan dalam menjalankan job desk-nya.”
Balance Score Card

Melalui implementasi BSC, kinerja perusahaan dapat diukur secara daily, monthly dan anually dengan parameter-parameter yang seragam. Dengan demikian, para anggota tim akan lebih mudah untuk menterjemahkan dan mengukur target yang diberikan oleh perusahaan.

“Selain itu, setiap tim juga dapat melihat sampai di titik mana perusahaan saat ini dari target yang ingin dicapai. Ujung-ujungnya juga akan berpengaruh pada cara penghitungan kompensasi dan reward dari perusahaan. Begitu...”

BSC memudahkan kita dalam menentukan target dan melihat kinerja seluruh perusahaan, cukup dengan melihat laporan BSC saja. Mengapa? Sebab BSC mendefinisikan semua parameter aktivitas perusahaan ke dalam bentuk angka.

Sehingga kita bisa memantau setiap saat segala aktivitas yang dilakukan oleh tiap individu. Apakah sudah membuat perusahaan bergerak mendekat ke tujuan perusahaan atau belum.

Dan perlu dicatat, semua perkembangan yang dikemas oleh BSC dinominalkan ke dalam bentuk angka sehingga laporan BSC menjadi mudah untuk dibaca dan dicermati.

Dua Gaya Bisnis ala Dua Pendekar Bisnis

14.3.09 0 comments
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan sekaligus berguru langsung kepada dua pendekar bisnis tanah air: Sudhamek Agung-CEO Garudafood dan Irwan Hidayat-Presiden Direktur Jamu Sidomuncul. Dua pengusaha ini sangat kondang sebab mampu mengantarkan perusahaannya menjadi ladang penghidupan ribuan orang.

‘Ini salah satu impian saya memiliki ribuan karyawan. Artinya kita telah memberi manfaat pada sekian banyak orang’ Acara meguru ini diselenggarakan oleh Bank Mandiri sebagai follow up bagi finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM).

Beberapa finalis WMM tahun 2007 dan 2008 mengikuti acara boot-camp bertajuk Ethics for Enterpreneurs ini. Selama empat hari mulai 19-22 Januari 2009, sederet pengusaha serta akademisi handal terlibat didalamnya.

Berikut ini beberapa mentor kami: staf pengajar MM-FEUI yaitu Biakman Irbansyah, Gede Harja Wasistha, dan Yanki Hartijasti. Tentu tak ketinggalan sang kreator acara ini: Rhenald Kasali. Selain itu juga ada Rektor Universitas Negeri Islam (UIN) Komaruddin Hidayat, Presiden Direktur American International Group (AIG) Indonesia Harry Diah, dan dua pengusaha yang sudah saya sebut diatas: CEO Garudafood Sudhamek dan Presiden Direktur PT Sidomuncul Irwan Hidayat.

Kembali pada dua pendekar. Selama empat hari itu saya merenungkan dua gaya bisnis dipertontonkan oleh dua pendekar pilih tanding. Gaya knowledge-based versi Pak Sudhamek dan gaya otak-kanan ala Irwan Hidayat.

Pak Sudhamek menyodorkan sederet praktek bisnis yang memiliki akar teori sangat kuat. Seolah-olah bisnis menjadi sangat rumit. Namun dia mampu menyajikan dalam bahasa yang cukup luwes sehingga kerutan kening para peserta sebanding dengan pencerapan ilmu yang didapat. Semua serba terencana.

Semua serba dipersiapkan dengan landasan teori matang sehingga setiap sisi yang diaplikasikan benar-benar memiliki bobot pengetahuan. Babak baru bisnis berlandaskan pengetahuan, saya saksikan langsung dari beliau. Diluar kematangan berteori itu, ada nafas religius saat Pak Sudhamek mengulas bagaimana perusahaannya bisa eksis hingga hari ini. Dari omzet Rp18 miliar pada 1992, tembus menjadi triliunan rupiah.

Dalam penuturannya, perusahaan bisa besar bila atasan dan bawahan bersatu. Sebagai orang Buddhis, Pak Sudhamek menerapkan pendekatan spiritual dan empiris dalam memimpin perusahaannya. Spiritual Organization, demikian visi Pak Sudhamek terhadap perusahaannya. Bagi sebagian besar pebisnis, wacana spiritualitas dalam bisnis memang baru-baru ini saja mencuat. Namun Pak Sudhamek telah menerapkannya. Dua ilmu, telah saya serap: knowledge-based business dan spiritual organization. Dua ilmu telah terbukti ampuh hingga Garudafood memiliki karyawan 19.000 orang.

Hal sebaliknya disajikan oleh Pak Irwan Hidayat. Dengan segala kesederhanaannya, dia menyampaikan berbagai pengalaman bisnisnya yang mengalir begitu saja. Menjalani semua yang dihadapinya.

Presdir PT Sidomuncul ini menegaskan bahwa menjalankan perusahaan harus berdasarkan empati. Saat ini ada kecenderungan setiap orang yang dipercayai menjalankan perusahaan masih bertindak one man show. Hal ini sangat riskan jika masih dipakai menjalankan perusahaan.

Pak Irwan Hidayat senantiasa membuka akses informasi bagi setiap karyawannya. Cara ini dipakai agar dirinya mengetahui kemauan setiap karyawan yang dianggap juga sebagai saudaranya. “Kalau mau menjadi orang sukses harus tahu dan mengerti kemauan orang jangan sekali-kali one man show,” katanya.

Lantas dimana saya berdiri? Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada keduanya. Saya lebih cenderung menyukai praktik Pak Sudhamek. Kecenderungan untuk selalu mempelajari setiap detail bisnis, saya sadari lekat dalam tiap langkah bisnis saya.

Tentu contoh yang dilakukan Pak Irwan sangat bagus juga untuk ditiru, yang penting khan berwirausaha.

Mau gaya Pak Sudhamek atau Pak Irwan, sama saja. Mereka telah menebar rahmat.

Mengenai boot-camp sendiri, Pak Rhenald Kasali telah menyajikan satu training yang cukup mencerahkan. “Berbisnis tidak hanya memaksimalkan profit,” tutur beliau. Inilah Rumah Perubahan ala Rhenald Kasali bagi para entrepreneur muda...

Hal senada diungkap oleh Rektor Universitas Negeri Islam Komaruddin Hidayat dalam menyampaikan etika berbisnis. Menurutnya, untuk menuju bisnis yang sukses setiap orang harus juga memaksimalkan kebahagiaan. “Kalau berbisnis tidak bahagia, apa artinya menjalankan bisnis?” tukas Komaruddin.

Peserta boot-camp juga diingatkan kembali mengenai determinasi dalam berbisnis. Panitia menyajikan film Pursuit of Happiness yang dibintangi Will Smith, sesi ini dipandu Gede Harja Wasistha dan Biakman Irbansyah. ‘Inilah film yang menegaskan keteguhan mental seseorang bisa menaklukkan semua rintangan menuju cita-citanya’

Terakhir, terima kasih buat Bank Mandiri yang support-nya sangat besar bagi kami para finalis WMM. Bahkan saya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan salah satu lini bisnis saya: POURVOUS. Kami diberi peluang mengikuti sejumlah pameran secara gratis. Pada kesempatan lain, saya akan ceritakan tentang semua anugerah Tuhan ini. (HM2/HM1)

Bpk Sudhamek

Bersama Rhenald Kasali

Bersama Bpk Irwan Hidayat

Bersama Bpk Harry Diah

Para Finalis WMM

Bersama Bpk Komaruddin Hidayat

Bersama Bpk Komaruddin Hidayat

Berbisnis dengan etika by Rhenald Kasali



Apa pentingnya komunitas ?

10.3.09 0 comments
Pertanyaan itu dilontarkan oleh teman SMA saya ketika bertemu beberapa saat yang lalu. Dia juga mengeluhkan bahwa dia sudah banyak mengikuti banyak komunitas, tapi belum ada perubahan yang signifikan dalam bisnisnya.

Sejenak saya terdiam, karena komunitas yang saya ikuti selama ini (Entrepreneur University, Surabaya Entrepreneur Club dan komunitas Tangan di Atas) telah memberikan banyak sekali manfaat dalam perkembangan perusahaan saya saat ini. Mulai dari partner, suplier, dan link2 lainnya tersedia dengan mudah sehingga saya hanya perlu memilih yang mana yg menjadi prioritas saya terlebih dahulu.

Kemudian saya bertanya lagi, "emang kamu gabung komunitasnya seperti apa ?" kemudian dia menceritakan bahwa dia mengikuti banyak komunitas pengusaha, yg menurut saya sebenarnyajuga bagus. "Trus salahnya dimana ya ?" pikir saya dalam hati.

Setelah kita ngobrol panjang, barulah terlihat perbedaan saya dan teman saya dalam bergabung dengan sebuah komunitas. Teman saya selalu menganggap bahwa komunitas adalah sebuah pasar yang potensial, jadi yang dia lakukan adalah dengan gencar menawarkan produknya kepada setiap member komunitas tersebut. Akan tetapi hasilnya selalu tidak sesuai dengan yang dia harapkan, karena responnya sangat rendah.

Walaupun tindakannya tidak sepenuhnya salah, akan tetapi saya menganggap komunitas ibaratnya mencari pasangan hidup. Pada awalnya kita harus paham dulu apa visinya. Setelah itu berkenalanlah dengan anggotanya. Layaknya orang pacaran, diawal mungkin kita dulu yang harus melakukan kontribusi terlebih dahulu baik berupa tenaga, pikiran ataupun materi. nanti setelah kenal baik, maka timbullah ikatan emosional antara sesama anggota. Biasanya setelah itulah baru muncul peluang dan info2 yang berharga.

Memang, banyak orang yang kadang tidak betah menjalani langkah demi langkahproses kenalan tsb. Tapi, what you give is what you get. Saya sangat setuju dengan gerakan Pay It Forward, dimana kita harus memberikan sumbangsih terlebih dahulu sebelum berani berharap untuk menerima dan mendapatkan sesuatu.

Ayo, berkontribusilah kepada komunitas anda, sebelum anda berharap komunitas tsb memberikan benefit bagi anda pribadi.

Peluang adalah apa yang tak dilirik orang

1 comments
Seeing is believing… kira-kira demikian yang saya alami beberapa minggu lalu saat menempuh safari bisnis ke Sumatera. Maklum beberapa media massa sejak lama telah melansir berita bahwa harta di daerah sangat berlimpah. Hasil liputan dari reporter-reporter itu sebenarnya cukup menggambarkan bagaimana denyut bisnis di daerah.

Muncul rasa penasaran. Akhirnya saya menyaksikan langsung dan langsung percaya hasil liputan-liputan itu. Jadi, saya bersaksi bahwa duit di daerah sangat berlimpah. Lampung dan Palembang menjadi tempat persaksian saya. Jangan bayangkan bahwa hanya kota tempat duit menumpuk. Sumber daya alam di daerah menjadi ihwal bagaimana duit melimpah di sana.

Beberapa waktu lalu, saya melakukan perjalanan ke Lampung dan Palembang. Kesaksian saya diatas merupakan hasil dari perjalanan tersebut. Bila di Lampung, saya menyaksikan orang-orang kaya bersahaja tapi tinggal jauh di pelosok. Maklum, mereka adalah petani-petani perkebunan sawit yang lahannya mencapai ribuan hektar.

Salah seorang pengusaha perkebunan sawit yang saya temui, menjamu saya dengan mengendarai mobil sekelas Taft GT saja. Padahal omzet bisnisnya tembus angka miliaran rupiah.

Disini saya melihat perbedaan antara pengusaha di kota (misalnya di kota-kota besar di Jawa) dengan di pedesaan. Para pengusaha kakap yang tinggal di pelosok bumi ini memutar bisnisnya dengan tarikan nafas bisnis yang panjang sekaligus besar. Berinvestasi di Lampung dengan membuka lahan tambak hanya dengan 6 petak saja bisa menelan dana hingga Rp2 miliar.

Padahal pemandangan yang disaksikan dari bisnis senilai miliaran rupiah ini berwajah desa sekali. Maksudnya, tak ada suasana glamor khas urban disini. “Ibaratnya satu tarikan nafas pebisnis di daerah sangat panjang dan ketika tiba saat memanen, maka hasilnya pun sangat besar. Sementara tarikan nafas pebisnis di perkotaan umumnya pendek dengan mengandalkan putaran omzet yang cepat” Jadi, kepintaran memutar modal yang dimiliki merupakan kunci pengusaha di perkotaan.


Sementara saat saya mengunjungi Palembang, saya menangkap nuansa berbeda. Aroma urban lebih kental disini. “Misalnya, saat saya berkeliling di mall yang mulai bertebaran di Palembang, sangat suasananya sudah mendekati suasana mall di Surabaya yang kelas Royal Plaza atau ITC Mega Grosir.”

Pakaian pengunjungnya? Modis. Tak beda jauh dengan penampilan saudara-saudara kita yang ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota-kota lainnya. (Tapi bisa jadi suasana ini hanya muncul kala malam minggu saja. Kebetulan saya berkunjung pada saat malam minggu).

Kota dan desa akhirnya hanya menjadi kategori geografis saja. Secara demografis, masyarakat di dua kawasan ini sudah nyaris sama. Mode fashion hingga kegemaran penduduknya tak beda jauh. Sebagaimana gaya hidup kelas menengah, para pengunjung mall di kota Empek-empek tak hanya melakukan window shopping. Mereka berbelanja. Dan toko-toko yang dituju oleh mereka adalah tenant-tenant kelas internasional yang menyerbu mall-mall tersebut, seperti Bodyshop dll.

Menjamurnya mall di Palembang dimulai sejak diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) di Palembang. Dari sini akselerasi bisnis Palembang menjadi lebih cepat. Bisa jadi ini terkait dengan semakin bagusnya kualitas infrastruktur. Ya... biasanya penyelenggaraan acara nasional seperti PON selalu diiringi dengan perbaikan berbagai infrastruktur daerah.

Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah menjadi stimulus bisnis di kota ini. Hal ini pula saya jumpai di Lampung. Pembangunan infrastruktur menjadi penggerak perekonomian di daerah yang terkenal dengan tambak udang terbesar se-Asia Tenggara-Dipasena ini.

“Disini, kejelian seorang konglomerat tampak. Ciputra rupanya tidak menunggu infrastruktur dibangun terlebih dahulu. Justru dia menabung sebanyak mungkin lahan untuk bisnis real estate di Lampung. Tentu dengan harga murah sebab daerahnya tak terjangkau pembangunan infrastruktur, baik jalan ataupun jembatan.”

Setelah land bank (tabungan lahan) menumpuk, rupanya bertepatan dengan pembangunan akses jalan dari lahan yang dikuasainya yang langsung menuju sebuah pelabuhan berkelas internasional. Lagi-lagi pelabuhan atau infrastruktur ini baru-baru saja pembangunannya. Entah, apakah jalur yang langsung menuju pelabuhan internasional itu dibangun karena lobi Ciputra atau bukan.

Namun yang pasti, Ciputra telah berbelanja tanah saat harganya murah yang saat sekarang harganya telah melonjak. Padahal orang lain bisa jadi enggan melirik atau bahkan membeli lahan di daerah tersebut. Saya akhirnya tersadar bahwa pengusaha selalu mengambil kesempatan sebelum orang kebanyakan melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis. Ciputra mendahului membeli tanah di sekitar sana. Padahal orang lain baru-baru saja membeli tanah disana, tentu dengan harga lebih mahal.

Peluang bisa diciptakan, jangan melihat peluang setelah orang lain menciptakan peluang tersebut. Sebab itu bukan peluang emas. Itu adalah peluang tembaga. “Segera bertindak dan kondisikan apa yang ingin dicipta sebagai peluang,” gumam saya dalam hati menginsyafi action Pak Ciputra. Takdzim buat Pak Ciputra. (HM1)

Sumber : Andi Sufariyanto, CEO PT Adila Imperium

Liputan "Naik Daun" di stasiun Arek TV

12.2.09 0 comments
sesi pertama




sesi kedua




sesi ketiga

Liputan Yang Muda Yang Berkarya di Stasiun TV JTV

11.2.09 0 comments
Sesi Pertama




Sesi Kedua




Sesi Ketiga




Sesi Keempat

Memberi manfaat tanpa pamrih

0 comments
Beberapa hari yang lalu, saya secara tidak sengaja menyaksikan sebuah acara di Metro TV . Di tayangan itu digambarkan bagaimana sepasang suami istri yang sudah cukup berumur dengan gigih mencari bibit pohon bakau. Proses pencariannya tidaklah mudah, dimana pasangan ini harus keluar masuk hutan bakau yang medannya cukup berat.

Setelah ditanya oleh reporter tayangan tersebut, sang suami mengatakan bahwa bibit bakau tersebut akan ditaman di tepi pantai disekitar rumahnya yang memang tidak seberapa jauh dari pinggir pantai. Terus si reporter bertanya lagi, kenapa kok mau repot2 menanam pohon bakau ? Jawaban sang suami cukup simpel....supaya penduduk disana tetap aman apabila suatu saat nanti diterjang ombak besar atau bahkan Tsunami.

Jawaban ini sempat membuat saya tertegun, karena dalam bayangan saya bakau membutuhkan waktu bertahun tahun untuk dapat tumbuh menjadi hutan yang cukup kuat untuk menghadang ombak besar. Padahal usia pasangan ini cukup uzur, usia dimana kebanyakan orang tidak terlalu mempunyai visi yang rentang waktunya cukup panjang, dan lebih fokus untuk mengurus dirinya sendiri bahkan yang untuk mengurus dirinya sendiri saja membutuhkan bantuan orang lain.

Ternyata pasangan ini mau untuk memberi manfaat tanpa pamrih, tidak peduli apakah mereka bisa menikmatinya atau tidak. Yang mereka ketahui hanyalah bagaimana hal yang mereka lakukan mampu bermanfaat bagi orang lain,titik.

Saya yakin Indonesia memiliki banyak orang seperti pasangan suami istri ini, tapi memang lebih banyak ke hal2 yang bersifat sosial. Alangkah indahnya apabila banyak juga muncul pebisnis - pebisnis yang bermartabat yang mampu memberikan manfaat ekonomi dalam jangka waktu yang lama dan lebih dari sekedar pencapaian/hasil yang bisa mereka nikmati.

Saya pun hari ini diingatkan lagi, pada salah satu sesi seminarnya Rhenald Kasali sempat mengatkan bahwa reputasi yang sebenarnya adalah apa yang orang lain ingat pada saat kita sudah tiada. Karena itulah bekal investasi kita di akhirat kelak.

Video Preview WMM 2008

5.2.09 0 comments


Video ini ditayangkan pada saat Grand Final Wirausaha Muda Mandiri yang diadakan oleh Bank Mandiri dan dihadiri olah Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.

Kisah Sukses member TDA Surabaya (Elisa Yuniarti)

1 comments
Aquaculture..... Nama perusahaan ini juga tak jauh-jauh dari dunia maritim. Mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembang biakan udang Fanamae.

Dari awalnya hanya empat petak tambak, kini mereka telah memiliki 12 petak tambak. Inilah bisnis yang dibangun oleh ElisaYuniarti bersama suami tercinta di ujung timur Pulau Madura, tepatnya di Sumenep. Moderator milis TDA Surabaya ini mampu membuktikan bahwa seorang karyawan di sebuah tambak juga mampu memiliki, mengelola, dan mengembangkan tambak.

“Suami saya dulu bekerja sebagai tenaga ahli di sebuah tambak udang di Jember. Jadi suami saya benar-benar menguasai ilmu pengembang biakan udang. Saat saya nyatakan siap mendampingi dan mendukung suami saat akan mundur dari pekerjaannya, maka kami lanjutkan ikhtiar mengembangkan tambak,” katanya.

Sebagian karyawan tambak udang memang kurang memiliki keberanian seperti pasangan ini. Mereka lebih menikmati zona aman mereka, maklum bonus saat panen udang berhasil bisa mencapai ratusan juta rupiah. Namun Elisa dan suami mengambil pilihan menjadi full TDA bukan lagi TDB. Sebagaimana ladang bisnis lain, bisnis tambak udang juga memiliki para pemain lama yang enggan berbagi dengan para pemain baru.

Elisa dan suami dihalang-halangi untuk mengembangkan tambak di Sumenep. Namun berkat latar belakang sang suami yang juga berdarah Madura, akhirnya mereka diberi kesempatan mengembangkan tambak.

Keberhasilan tambak udang ini tak hadir sekejap. Sebelumnya, Elisa sempat menanggung kerugian ratusan juta rupiah saat mengembangkan tambak di Gresik. Pengalaman tersebut membuat mereka tegar saat menghadapi segala rintangan di Sumenep. Dan mereka lolos dari rintangan. Bila dulu mereka sibuk kesana kemari menawarkan udang-udang mereka, kini para pebisnis cold storage berdatangan menawar udang-udang mereka. Tak hanya itu, para investorpun berbondong-bondong ingin menanam investasi di tambak Aquaculture. Beberapa cold storage yang dikenal mereka di Bangil-Pasuruan, Sidoarjo dan beberapa daerah lainnya menjadi pelanggan Aquaculture.

Beberapa rekan dan keluarga Elisa yang menanam investasi ketagihan menanam investasi di Aquaculture. Harap maklum sebab menanam investasi Rp15 juta menjadi Rp25 juta hanya dalam empat bulan.

Namun ada kegelisahan Elisa terkait research and development (R&D) tambak udang. Kegiatan R&D di bidang budidaya udang, menurut dia, sangat kurang perhatian. Dampaknya, petambak Indonesia seringkali ketinggalan menangkap peluang bisnis.

“Sebentar lagi R&D yang berasal dari Brunei Darussalam meluncurkan varietas udang windu yang lebih berkualitas daripada udang windu aslinya. Perlu diketahui, udang windu ini adalah varietas udang asli Indonesia,” seru Elisa.

Sebagaimana di bidang lainnya, R&D di Indonesia masih belum bisa menopang pertumbuhan bisnis. Padahal R&D bisa menggerakkan inovasi produk, inovasi proses, dan berbagai hasil kreatifitas lainnya.

Semoga Aquaculture mampu mengembangkan bisnisnya sekaligus memulai kegiatan R&D yang sesungguhnya. Tentu akan banyak manfaat yang bisa dinikmati petambak lainnya. Sesuai semangat TDA: Bersama Menebar Rahmat.

Ditulis oleh : Rachmad Hidayatullah (Hermes Media)

Kisah Sukses member TDA Surabaya (Samsul Bachtiar)

0 comments
Miniaturindo.....perusahaan ini mempertegas karakter bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari atau bangsa yang berbasis maritim. Mas Samsul Bakhtiar sebagai owner sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Miniaturindo memulai perusahaan ini dari sebuah kamar.

Ya, sebuah kamar. Mirip-mirip Bill Gates ya, yang memulai bisnisnya dari garasi. Kini, bisnis yang dibesut sejak tahun 2000 ini telah merambah mancanegara berkat sebuah kamar. Dari kamar itulah Mas Samsul bersama saudaranya memperkenalkan dan memasarkan produk-produk miniatur kapal dan pabrik-pabrik berbahan fiberglass kepada warga internasional melalui internet.

Miniaturindo memposisikan diri mengerjakan pesanan miniatur kapal atau pabrik saja. Jadi mereka tidak menerima pesanan miniatur arsitektur rumah. Posisi ini diambil tidak lepas dari latar belakang akademis Mas Samsul yaitu sarjana perkapalan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Semangat maritim ini benar-benar menjadi andalan Miniaturindo dan telah mendapat pengakuan dari para pelanggan mereka dari negara asing. Detail mesin kapal, mulai lambung sampai dengan geladak menjadi keunggulan Miniaturindo.

Selama ini, beberapa produsen miniatur di Indonesia lebih banyak yang bergerak dalam membuat miniatur rumah atau pesawat. Disinilah perbedaan Miniaturindo. Miniatur pesawat cenderung tetap model-modelnya, begitu juga dengan arsitektur rumah yang tingkat kesulitannya tak begitu tinggi. Kapal justru sebaliknya, sangat banyak sekali jenisnya dan dibutuhkan penguasaan detail rancang-bangun mesin kapal sehingga sangat sedikit pemain di bisnis miniatur kapal ini.

Keunggulan Miniaturindo ini menjadi bekal mereka menaklukkan pelanggan asal Iran yang memesan miniatur kapal tanker yang sekaligus menjadi kapal tempat mengolah minyak mentah.

“Awal masuknya pesanan dari negara asing berkat blog untuk promosi miniaturindo. Khan di TDA [Komunitas Tangan di Atas] waktu itu disarankan agar masing-masing anggotanya memiliki blog,” jelas Samsul. Pertama, lanjut Samsul, saya membuat dalam bahasa Indonesia. Ternyata tak ada respon sama sekali. Baru setelah mengubah posting di blog tersebut dalam bentuk bahasa Inggris, akhirnya masuk pesanan dari negara-negara asing.

Beberapa pelanggan mancanegara Miniaturindo antara lain berasal dari negara Jepang, Amerika Serikat, dan Iran. Berkat pesanan dari warga-warga asing inilah, Miniaturindo akhirnya berkenalan dengan sistem pembayaran PayPal yang kerap digunakan perusahaan yang bertransaksi melalui internet. Berkat pelanggan dari negara asing tersebut, Miniaturindo mampu menggelembungkan pendapatannya. Pada sebuah kesempatan, Mas Samsul menceritakan bagaimana impiannya yang ditulis bersama-sama anggota Mastermind Surabaya 1 pada awal tahun 2008.

Saat itu, Miniaturindo ditargetkan memperoleh pendapatan Rp500 juta dalam satu tahun. Rupanya apa yang ditulis tersebut tak berhenti dalam bentuk tulisan di selembar kertas, namun benar-benar menghasilkan pendapatan sebesar itu bagi Miniaturindo. “Hal ini baru
saya sadari saat saya membongkar berkas-berkas dan menemukan lembar impian MM Surabaya 1. Pada tahun 2009, apa yang ditulis rekan-rekan pada 2008 hampir semuanya terealisasi. Inilah salah satu berkah bersilaturahmi di TDA,” katanya.

Memasuki 2009, perusahaan yang berbasis di Sidoarjo-Jawa Timur ini mulai melembagakan diri dalam bentuk CV. Proses legalisasi bisnis ini tentu membawa banyak konsekuensi, termasuk diantaranya keharusan membayar pajak. “Kami mau tidak mau harus siap menghadapinya sebab kami ingin bisnis ini bisa berkembang terus. Bahkan impian kami menghantarkannya menjadi go public di pasar modal,” papar Samsul.

Selain melembagakan diri dalam CV, Miniaturindo juga mencanangkan tahun 2009 sebagai tahun membidik pasar dalam negeri. Cukup unik ya... Setelah menaklukkan negeri asing, baru mereka merangsek ke dalam negeri. Biasanya khan unggul di dalam negeri, lantas mulai merambah pasar luar negeri. Jadilah Miniaturindo sebagai jago luar kandang sekaligus calon jago kandang.

Sebuah perjalanan baru sedang diawali oleh Mas Samsul dengan Miniaturindo-nya. Perjalanan yang merupakan rangkaian dari langkah-langkah kecil dan terakumulasi menjadi sebuah lompatan bisnis. “Saya sempat bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang perkapalan di Surabaya dan sering membuat miniatur kapal-kapal untuk keperluan membangun sebuah kapal. Rupanya ini menjadi modal penting dalam mengembangkan perusahaan ini,” jelasnya.

Selepas dari perusahaan itu, Samsul sempat memasuki beberapa jenis bisnis. Namun ujung-ujungnya Samsul kembali ke habitat bisnisnya: miniatur kapal.


Ditulis oleh : Rachmad Hidayatullah (Hermes Media)

Easy way to make your office tidy

5.1.09 2 comments
Sebenarnya masalah ini sudah lama muncul, yaitu mengenai kerapian kantor. Berbedanya standar kerapian dari masing - masing tim Adila Group menyebabkan mencari suatu barang membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama. Dan masalah ini sudah terjadi bertahun - tahun.

Berbagai usaha telah dilakukan, mulai dari peringatan secara lisan, membuat perjanjian bersama, sampai menunjuk satu orang untuk menjadi PIC untuk mengontrol kerapian ini.

Baru kemarin saya mendapatkan ide, yaitu mendokumentasikan foto meja dan ruangan yang saya anggap rapi, kemudian menempelkannya di lokasi yang bisa dilihat oleh semua orang.

Dan hasilnya ajaib....hanya dalam waktu 1 hari semua penjuru kantor telah tertata dengan rapi. Meja-meja bersih dari berkas yang menumpuk, laci - laci bebas dari kertas yang bertebaran.

Ada satu hal yang saya pelajari, tim saya kebanyakan adalah orang - orang yang Influence (DISC Profiles) dan Visual (VAK profiles). Jadi lebih mudah bagi mereka untuk memahami gambar, dibandingkan dengan tulisan ataupun perkataan.

Intresting, isn't it ??