
Karena enak, maka saya menjadi salah satu langganan tetapnya, sekalian mengasah bahasa minang saya yang saat ini agak berantakan karena jarang di pake ( maklum, di surabaya udah sekitar 10 thn ).
Umurnya masih muda, 1 tahun di bawah saya (kelahiran 1982). Namanya Ajo Syafrie, dia mengembangkan usaha orang tuanya yang juga berjualan sate padang di daerah pasar turi.
Sebuah pertanyaan yang unik. Karena biasanya pada saat saya pertama kali bertemu dengan kenalan baru, biasanya pertanyaannya adalah "kerja dimana ?". Tapi Ajo Syafrie dengan pe-denya bertanya kepada saya seolah2 tidak ada opsi untuk menjadi karyawan. Beda dengan orang kebanyakan, biasanya khan tanyanya ”kerja dimana ?”
Dari situ kemudian saya lebih banyak ngobrol dgn Ajo Syafrie, dan saya ketahui kemudian bahwa pada waktu kecil, disaat tmn2nya masih asyik bermain, Ajo Syafrie sudah terbiasa membuat kuah sate dan membuat lontongnya.
Keluarga mereka sempet sukses hingga mengumpulkan modal ratusan juta dlm jangka waktu belasan tahun. Tapi pada saat ingin melakukan ekspansi di Lombok, modal tersebut hilang dgn cepat karena ditipu oleh mitranya.
Akhirnya sekarang keluarga mereka harus mulai dari awal lagi. tapi semua itu dijalani dgn semangat, bahkan Ajo Syafrie mengingatkan kepada saya tentang pentingnya sedekah.