Kisah Sukses member TDA Surabaya (Elisa Yuniarti)

5.2.09
Aquaculture..... Nama perusahaan ini juga tak jauh-jauh dari dunia maritim. Mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembang biakan udang Fanamae.

Dari awalnya hanya empat petak tambak, kini mereka telah memiliki 12 petak tambak. Inilah bisnis yang dibangun oleh ElisaYuniarti bersama suami tercinta di ujung timur Pulau Madura, tepatnya di Sumenep. Moderator milis TDA Surabaya ini mampu membuktikan bahwa seorang karyawan di sebuah tambak juga mampu memiliki, mengelola, dan mengembangkan tambak.

“Suami saya dulu bekerja sebagai tenaga ahli di sebuah tambak udang di Jember. Jadi suami saya benar-benar menguasai ilmu pengembang biakan udang. Saat saya nyatakan siap mendampingi dan mendukung suami saat akan mundur dari pekerjaannya, maka kami lanjutkan ikhtiar mengembangkan tambak,” katanya.

Sebagian karyawan tambak udang memang kurang memiliki keberanian seperti pasangan ini. Mereka lebih menikmati zona aman mereka, maklum bonus saat panen udang berhasil bisa mencapai ratusan juta rupiah. Namun Elisa dan suami mengambil pilihan menjadi full TDA bukan lagi TDB. Sebagaimana ladang bisnis lain, bisnis tambak udang juga memiliki para pemain lama yang enggan berbagi dengan para pemain baru.

Elisa dan suami dihalang-halangi untuk mengembangkan tambak di Sumenep. Namun berkat latar belakang sang suami yang juga berdarah Madura, akhirnya mereka diberi kesempatan mengembangkan tambak.

Keberhasilan tambak udang ini tak hadir sekejap. Sebelumnya, Elisa sempat menanggung kerugian ratusan juta rupiah saat mengembangkan tambak di Gresik. Pengalaman tersebut membuat mereka tegar saat menghadapi segala rintangan di Sumenep. Dan mereka lolos dari rintangan. Bila dulu mereka sibuk kesana kemari menawarkan udang-udang mereka, kini para pebisnis cold storage berdatangan menawar udang-udang mereka. Tak hanya itu, para investorpun berbondong-bondong ingin menanam investasi di tambak Aquaculture. Beberapa cold storage yang dikenal mereka di Bangil-Pasuruan, Sidoarjo dan beberapa daerah lainnya menjadi pelanggan Aquaculture.

Beberapa rekan dan keluarga Elisa yang menanam investasi ketagihan menanam investasi di Aquaculture. Harap maklum sebab menanam investasi Rp15 juta menjadi Rp25 juta hanya dalam empat bulan.

Namun ada kegelisahan Elisa terkait research and development (R&D) tambak udang. Kegiatan R&D di bidang budidaya udang, menurut dia, sangat kurang perhatian. Dampaknya, petambak Indonesia seringkali ketinggalan menangkap peluang bisnis.

“Sebentar lagi R&D yang berasal dari Brunei Darussalam meluncurkan varietas udang windu yang lebih berkualitas daripada udang windu aslinya. Perlu diketahui, udang windu ini adalah varietas udang asli Indonesia,” seru Elisa.

Sebagaimana di bidang lainnya, R&D di Indonesia masih belum bisa menopang pertumbuhan bisnis. Padahal R&D bisa menggerakkan inovasi produk, inovasi proses, dan berbagai hasil kreatifitas lainnya.

Semoga Aquaculture mampu mengembangkan bisnisnya sekaligus memulai kegiatan R&D yang sesungguhnya. Tentu akan banyak manfaat yang bisa dinikmati petambak lainnya. Sesuai semangat TDA: Bersama Menebar Rahmat.

Ditulis oleh : Rachmad Hidayatullah (Hermes Media)

1 comments:

  • YLabdo

    Salut deh buat Mbak Elisa...kita ketemuan waktu di Graha Wisata Kuningan saat Milad TDA.....selamat dan sukses selalu.