Dua Gaya Bisnis ala Dua Pendekar Bisnis

14.3.09
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan sekaligus berguru langsung kepada dua pendekar bisnis tanah air: Sudhamek Agung-CEO Garudafood dan Irwan Hidayat-Presiden Direktur Jamu Sidomuncul. Dua pengusaha ini sangat kondang sebab mampu mengantarkan perusahaannya menjadi ladang penghidupan ribuan orang.

‘Ini salah satu impian saya memiliki ribuan karyawan. Artinya kita telah memberi manfaat pada sekian banyak orang’ Acara meguru ini diselenggarakan oleh Bank Mandiri sebagai follow up bagi finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM).

Beberapa finalis WMM tahun 2007 dan 2008 mengikuti acara boot-camp bertajuk Ethics for Enterpreneurs ini. Selama empat hari mulai 19-22 Januari 2009, sederet pengusaha serta akademisi handal terlibat didalamnya.

Berikut ini beberapa mentor kami: staf pengajar MM-FEUI yaitu Biakman Irbansyah, Gede Harja Wasistha, dan Yanki Hartijasti. Tentu tak ketinggalan sang kreator acara ini: Rhenald Kasali. Selain itu juga ada Rektor Universitas Negeri Islam (UIN) Komaruddin Hidayat, Presiden Direktur American International Group (AIG) Indonesia Harry Diah, dan dua pengusaha yang sudah saya sebut diatas: CEO Garudafood Sudhamek dan Presiden Direktur PT Sidomuncul Irwan Hidayat.

Kembali pada dua pendekar. Selama empat hari itu saya merenungkan dua gaya bisnis dipertontonkan oleh dua pendekar pilih tanding. Gaya knowledge-based versi Pak Sudhamek dan gaya otak-kanan ala Irwan Hidayat.

Pak Sudhamek menyodorkan sederet praktek bisnis yang memiliki akar teori sangat kuat. Seolah-olah bisnis menjadi sangat rumit. Namun dia mampu menyajikan dalam bahasa yang cukup luwes sehingga kerutan kening para peserta sebanding dengan pencerapan ilmu yang didapat. Semua serba terencana.

Semua serba dipersiapkan dengan landasan teori matang sehingga setiap sisi yang diaplikasikan benar-benar memiliki bobot pengetahuan. Babak baru bisnis berlandaskan pengetahuan, saya saksikan langsung dari beliau. Diluar kematangan berteori itu, ada nafas religius saat Pak Sudhamek mengulas bagaimana perusahaannya bisa eksis hingga hari ini. Dari omzet Rp18 miliar pada 1992, tembus menjadi triliunan rupiah.

Dalam penuturannya, perusahaan bisa besar bila atasan dan bawahan bersatu. Sebagai orang Buddhis, Pak Sudhamek menerapkan pendekatan spiritual dan empiris dalam memimpin perusahaannya. Spiritual Organization, demikian visi Pak Sudhamek terhadap perusahaannya. Bagi sebagian besar pebisnis, wacana spiritualitas dalam bisnis memang baru-baru ini saja mencuat. Namun Pak Sudhamek telah menerapkannya. Dua ilmu, telah saya serap: knowledge-based business dan spiritual organization. Dua ilmu telah terbukti ampuh hingga Garudafood memiliki karyawan 19.000 orang.

Hal sebaliknya disajikan oleh Pak Irwan Hidayat. Dengan segala kesederhanaannya, dia menyampaikan berbagai pengalaman bisnisnya yang mengalir begitu saja. Menjalani semua yang dihadapinya.

Presdir PT Sidomuncul ini menegaskan bahwa menjalankan perusahaan harus berdasarkan empati. Saat ini ada kecenderungan setiap orang yang dipercayai menjalankan perusahaan masih bertindak one man show. Hal ini sangat riskan jika masih dipakai menjalankan perusahaan.

Pak Irwan Hidayat senantiasa membuka akses informasi bagi setiap karyawannya. Cara ini dipakai agar dirinya mengetahui kemauan setiap karyawan yang dianggap juga sebagai saudaranya. “Kalau mau menjadi orang sukses harus tahu dan mengerti kemauan orang jangan sekali-kali one man show,” katanya.

Lantas dimana saya berdiri? Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada keduanya. Saya lebih cenderung menyukai praktik Pak Sudhamek. Kecenderungan untuk selalu mempelajari setiap detail bisnis, saya sadari lekat dalam tiap langkah bisnis saya.

Tentu contoh yang dilakukan Pak Irwan sangat bagus juga untuk ditiru, yang penting khan berwirausaha.

Mau gaya Pak Sudhamek atau Pak Irwan, sama saja. Mereka telah menebar rahmat.

Mengenai boot-camp sendiri, Pak Rhenald Kasali telah menyajikan satu training yang cukup mencerahkan. “Berbisnis tidak hanya memaksimalkan profit,” tutur beliau. Inilah Rumah Perubahan ala Rhenald Kasali bagi para entrepreneur muda...

Hal senada diungkap oleh Rektor Universitas Negeri Islam Komaruddin Hidayat dalam menyampaikan etika berbisnis. Menurutnya, untuk menuju bisnis yang sukses setiap orang harus juga memaksimalkan kebahagiaan. “Kalau berbisnis tidak bahagia, apa artinya menjalankan bisnis?” tukas Komaruddin.

Peserta boot-camp juga diingatkan kembali mengenai determinasi dalam berbisnis. Panitia menyajikan film Pursuit of Happiness yang dibintangi Will Smith, sesi ini dipandu Gede Harja Wasistha dan Biakman Irbansyah. ‘Inilah film yang menegaskan keteguhan mental seseorang bisa menaklukkan semua rintangan menuju cita-citanya’

Terakhir, terima kasih buat Bank Mandiri yang support-nya sangat besar bagi kami para finalis WMM. Bahkan saya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan salah satu lini bisnis saya: POURVOUS. Kami diberi peluang mengikuti sejumlah pameran secara gratis. Pada kesempatan lain, saya akan ceritakan tentang semua anugerah Tuhan ini. (HM2/HM1)

Bpk Sudhamek

Bersama Rhenald Kasali

Bersama Bpk Irwan Hidayat

Bersama Bpk Harry Diah

Para Finalis WMM

Bersama Bpk Komaruddin Hidayat

Bersama Bpk Komaruddin Hidayat

Berbisnis dengan etika by Rhenald Kasali



0 comments: